Iklan

Taswiyah Sakit di Riyadh, PMI Asal Pasirjaya Diduga Jadi Korban TPPO — Suami Menangis Minta Istri Segera Dipulangkan

Minggu, 09 November 2025, 13.30 WIB Last Updated 2025-11-09T06:30:07Z


‎Karawang,sanggabuanamultimedia.web.id – Hati seorang suami asal Desa Pasirjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon, Kabupaten Karawang, kini tengah remuk.

‎Istrinya, Taswiyah Binti Kadin Amang (40), yang berangkat bekerja ke Riyadh, Arab Saudi, kini terbaring lemah akibat sakit lambung dan kesulitan berjalan.

‎Yang lebih memilukan, Taswiyah diduga menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) setelah diberangkatkan secara nonprosedural ke kawasan Timur Tengah oleh seorang sponsor bernama Hj. Aliyah, warga Cilamaya Kulon, Karawang.

‎Kisah pilu ini terungkap setelah Tarjo (40), suami Taswiyah, melaporkan nasib istrinya kepada Forum Pelindungan Migran Indonesia (FPMI) DPD Kabupaten Karawang.


‎Dengan suara bergetar, Tarjo menceritakan penderitaan yang dialami istrinya di negeri orang.

‎“Istri saya sekarang ada di Riyadh, di tempat bernama Syarikah Nartec. Dia sakit lambung, buat jalan saja sudah susah. Semua biaya berobat dia tanggung sendiri. Sudah lebih dari setahun dia di sana,” ujar Tarjo dengan mata berkaca-kaca.

‎Tarjo mengaku sudah berusaha meminta pertolongan kepada sponsor yang memberangkatkan istrinya, agar Taswiyah segera bisa pulang ke tanah air.


‎Namun, hingga kini, belum ada hasil yang pasti.


‎“Saya sudah minta tolong ke Bu Hj. Aliyah dua bulan lalu supaya istri saya dipulangkan. Saya bahkan sudah kasih uang Rp5,3 juta untuk biayanya,” kata Tarjo.


‎“Tapi sampai sekarang istri saya belum juga dipulangkan. Karena nggak ada kejelasan, akhirnya uang itu saya ambil lagi. Bu Aliyah cuma ngembaliin Rp5 juta, katanya yang Rp300 ribu buat beli pulsa waktu ngurus istri saya.”


‎Pemdes Pasirjaya: Kami Tidak Pernah Memberi Izin!

‎Menanggapi peristiwa tersebut, Kepala Desa Pasirjaya, Saglak, menegaskan bahwa pemberangkatan Taswiyah ke luar negeri dilakukan tanpa sepengetahuan dan izin dari pemerintah desa.


‎Ia mengaku sangat prihatin atas kejadian yang menimpa warganya itu.

‎“Saya pastikan, Taswiyah berangkat ke Timur Tengah tanpa izin dari pihak desa. Sponsor-nya pun tidak pernah menghadap ke kami untuk meminta izin,” tegas Saglak.

‎Kades Saglak menambahkan, pihak pemerintah desa selama ini terus aktif mendukung program pemerintah Indonesia dalam pemberantasan TPPO, terutama pemberangkatan ilegal ke negara-negara Timur Tengah.

‎“Kalau pun sponsor itu datang meminta izin, pasti kami tolak. Karena pemerintah melarang warganya bekerja sebagai asisten rumah tangga di Timur Tengah. Itu sudah jelas ilegal,” ujar Saglak dengan nada tegas namun berduka.


‎“Kami akan berupaya membantu agar Taswiyah bisa segera dipulangkan ke tanah air, dan mendapatkan hak-haknya sebagai korban.”


‎Harapan Terakhir Seorang Suami

‎Kini, Tarjo hanya bisa berharap keajaiban. Ia terus memohon kepada pemerintah dan lembaga terkait untuk membantu memulangkan istrinya dari Riyadh agar bisa kembali ke pangkuan keluarga.

‎“Saya cuma pengen istri saya pulang. Kalau bisa, pulang dalam keadaan sehat. Saya kangen banget,” ujarnya lirih.

‎Tangis Tarjo menjadi potret nyata betapa perdagangan manusia dan pengiriman PMI nonprosedural masih menjadi luka sosial yang belum tuntas.


‎Di balik keinginan mencari nafkah di negeri orang, ada banyak cerita pilu yang memerlukan perhatian dan tindakan nyata dari semua pihak.(Nd/Yopie Iskandar)

Komentar

Tampilkan

  • Taswiyah Sakit di Riyadh, PMI Asal Pasirjaya Diduga Jadi Korban TPPO — Suami Menangis Minta Istri Segera Dipulangkan
  • 0

Terkini

Topik Populer

Sport